Pages

Thursday, November 20, 2025

Marah dan penyebabnya


 

Penyebab Kemarahan Menurut Ibnu Miskawaih dan Pandangan Ulama Lainnya

أسباب الغضب
Penyebab Kemarahan

Kajian Menurut Ibnu Miskawaih dan Pandangan Ulama Lainnya

Oleh: Tim Kajian Akhlak Islami

Pendahuluan

Kemarahan (الغضب) adalah salah satu emosi dasar manusia yang dapat membawa dampak positif maupun negatif tergantung pada cara mengelolanya. Dalam perspektif Islam, kemarahan tidak sepenuhnya dilarang, namun perlu dikendalikan agar tidak merusak hubungan sosial dan spiritual. Tulisan ini akan mengkaji penyebab kemarahan menurut pandangan Ibnu Miskawaih dan ulama lainnya, disertai dengan teks Arab dan terjemahannya.

Konsep Kemarahan dalam Islam

Kemarahan dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah الغضب (al-ghadhab). Emosi ini merupakan bagian dari fitrah manusia yang diberikan Allah SWT, namun perlu dikendalikan agar tidak melampaui batas. Rasulullah SAW memberikan bimbingan tentang cara mengelola kemarahan dalam berbagai hadis.

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
"Apabila salah seorang di antara kalian marah, maka hendaklah dia diam." (HR. Ahmad)

Pandangan Ibnu Miskawaih tentang Kemarahan

Ibnu Miskawaih, seorang filsuf dan ahli etika Muslim abad ke-10 M, dalam karyanya تهذيب الأخلاق (Tahdzib al-Akhlaq) membahas secara mendalam tentang kemarahan. Menurutnya, kemarahan adalah salah satu dari tiga kekuatan jiwa manusia, bersama dengan kekuatan berpikir (الناطقة) dan kekuatan nafsu (الشهوية).

الغضب قوة في النفس تبعث على الانتقام ممن أساء إليها
"Kemarahan adalah kekuatan dalam jiwa yang mendorong untuk membalas dendam terhadap orang yang berbuat salah kepadanya."

Menurut Ibnu Miskawaih, kemarahan muncul ketika ada ancaman terhadap harga diri, kehormatan, atau keyakinan seseorang. Dia mengidentifikasi beberapa penyebab utama kemarahan:

1. Ancaman terhadap Harga Diri

Ketika seseorang merasa direndahkan atau dihinakan, kemarahan muncul sebagai respon alami untuk mempertahankan harga diri. Ibnu Miskawaih menjelaskan bahwa ini berkaitan dengan sifat manusia yang ingin dihargai dan diakui.

2. Rasa Tidak Adil

Ketidakadilan yang dirasakan seseorang dapat memicu kemarahan. Menurutnya, manusia secara alami memiliki rasa keadilan, dan ketika hal ini dilanggar, kemarahan muncul sebagai bentuk penolakan terhadap ketidakadilan tersebut.

3. Kekecewaan dan Frustrasi

Ketika harapan tidak terpenuhi atau tujuan tidak tercapai, seseorang dapat mengalami kekecewaan yang berujung pada kemarahan. Ibnu Miskawaih melihat ini sebagai ketidakmampuan jiwa menerima kenyataan yang berbeda dengan harapan.

إن الغضب ينشأ من اعتقاد الإنسان أنه قد أصيب بظلم أو إهانة
"Sesungguhnya kemarahan timbul dari keyakinan seseorang bahwa dia telah mengalami ketidakadilan atau penghinaan."

Pandangan Ulama Lain tentang Penyebab Kemarahan

Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali dalam إحياء علوم الدين (Ihya Ulumuddin) mengklasifikasikan kemarahan sebagai salah satu penyakit hati yang perlu diobati. Menurutnya, penyebab kemarahan antara lain:

من أسباب الغضب حب الذات والأنانية
"Di antara penyebab kemarahan adalah cinta diri yang berlebihan dan egoisme."

Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa kurangnya kesabaran dan ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu merupakan faktor pendorong kemarahan. Dia menekankan pentingnya melatih kesabaran melalui zikir dan tafakur.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam karyanya الفوائد (Al-Fawaid) menjelaskan bahwa kemarahan seringkali muncul dari ketidaktahuan atau kebodohan. Menurutnya, orang yang berilmu akan lebih mudah mengendalikan kemarahan karena memahami konsekuensi negatifnya.

الغضب من الشيطان، والشيطان خلق من النار، وإنما تطفأ النار بالماء، فإذا غضب أحدكم فليتوضأ
"Kemarahan berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Oleh karena itu, apabila salah seorang di antara kalian marah, hendaklah dia berwudhu." (HR. Abu Daud)

Imam Nawawi

Dalam رياض الصالحين (Riyadhus Shalihin), Imam Nawawi mengutip berbagai hadis yang membahas tentang kemarahan. Menurutnya, kemarahan dapat disebabkan oleh faktor internal seperti sifat pemarah, dan faktor eksternal seperti provokasi dari orang lain.

"Orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam pertarungan, tetapi orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Klasifikasi Penyebab Kemarahan

Berdasarkan kajian berbagai ulama, penyebab kemarahan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori:

1. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti:

  • Sifat egois dan mementingkan diri sendiri
  • Kurangnya kesabaran dan ketahanan mental
  • Harapan yang tidak realistis
  • Kepercayaan negatif tentang diri sendiri atau orang lain

2. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti:

  • Provokasi atau penghinaan dari orang lain
  • Ketidakadilan yang dialami
  • Hambatan dalam mencapai tujuan
  • Lingkungan yang tidak kondusif

3. Faktor Spiritual

Faktor yang berkaitan dengan kondisi spiritual seseorang, seperti:

  • Jauh dari mengingat Allah SWT
  • Kurangnya pemahaman agama
  • Lemahnya iman dan tawakal

Cara Mengelola Kemarahan dalam Islam

Islam memberikan berbagai panduan untuk mengelola kemarahan, antara lain:

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 134)

Beberapa cara praktis mengelola kemarahan menurut ajaran Islam:

1. Berlindung kepada Allah

Rasulullah SAW mengajarkan untuk membaca ta'awwudz ketika marah:

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."

2. Mengubah Posisi

Rasulullah SAW bersabda:

إذا غضب أحدكم وهو قائم فليجلس، فإن ذهب عنه الغضب وإلا فليضطجع
"Apabila salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah dia duduk. Jika kemarahannya hilang (maka baik), jika tidak, maka hendaklah dia berbaring." (HR. Ahmad)

3. Berwudhu

Seperti disebutkan dalam hadis sebelumnya, berwudhu dapat meredam kemarahan karena api kemarahan dipadamkan dengan air wudhu.

4. Diam

Menahan diri dari berbicara ketika marah dapat mencegah perkataan yang mungkin akan disesali kemudian.

Kesimpulan

Kemarahan adalah emosi manusiawi yang tidak dapat dihindari, namun dapat dikelola dengan baik. Menurut Ibnu Miskawaih dan ulama lainnya, penyebab kemarahan berakar pada ancaman terhadap harga diri, ketidakadilan, dan kekecewaan. Islam memberikan panduan komprehensif untuk mengelola kemarahan melalui pendekatan spiritual, psikologis, dan praktis. Dengan memahami penyebab kemarahan dan menerapkan cara-cara Islami dalam mengelolanya, seseorang dapat mencapai keseimbangan emosi yang diperlukan untuk kehidupan yang harmonis secara individu maupun sosial.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)

© 2023 Kajian Akhlak Islami. Semua hak dilindungi.

Artikel ini dapat disebarluaskan dengan menyertakan sumber.

No comments:

Post a Comment