Pages

Wednesday, October 29, 2025

Uraian ayat Hud 51

 

Tafsir Syeikh Sya'rawi: Yā Qawmi Lā As'alukum 'Alaihi Ajran | Blog Tafsir Al-Quran
ش

Tafsir Syeikh Sya'rawi: يَا قَوْمِ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا

Diposting pada: | Kategori: Tafsir Al-Quran, Kisah Nabi

Dalam tafsirnya yang mendalam, Syeikh Mutawalli Sya'rawi memberikan pencerahan yang luar biasa tentang makna ayat yang diucapkan Nabi Hud AS kepada kaumnya. Ayat ini mengandung pelajaran berharga tentang keikhlasan dalam dakwah dan hakikat pengabdian kepada Allah SWT.

يَا قَوْمِ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي أَفَلا تَعْقِلُونَ

Terjemahan:

"Wahai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?" (QS. Hud: 51)

Konteks Historis Ayat

Menurut Syeikh Sya'rawi, ayat ini diucapkan oleh Nabi Hud AS ketika mendakwahi kaum 'Ad yang menyembah berhala. Beliau menegaskan bahwa dakwahnya murni karena perintah Allah, bukan untuk mencari keuntungan duniawi dari kaumnya.

Nabi Hud AS

Diutus kepada kaum 'Ad yang dikenal dengan kekuatan fisik dan bangunan megah, tetapi menyembah berhala.

Pola Serupa dalam Al-Quran

Kalimat serupa juga diucapkan oleh Nabi Nuh, Shalih, Syuaib, dan lainnya, menunjukkan konsistensi misi para nabi.

"Syeikh Sya'rawi menjelaskan bahwa penegasan 'tidak meminta upah' merupakan bukti keikhlasan para nabi dan menjadi senjata ampuh menghadapi tuduhan kaumnya."

Penafsiran Syeikh Sya'rawi

Makna "Lā As'alukum 'Alaihi Ajran"

Menurut Syeikh Sya'rawi, pernyataan ini mengandung makna yang sangat dalam. Bukan sekadar penolakan terhadap materi, tetapi deklarasi bahwa dakwah ini murni ibadah kepada Allah, tanpa pamrih duniawi.

1. Dakwah yang Ikhlas

Syeikh Sya'rawi menekankan bahwa keikhlasan dalam dakwah adalah syarat diterimanya amal. Dengan menegaskan tidak meminta upah, para nabi membuktikan kemurnian niat mereka hanya untuk Allah.

2. Jawaban atas Tuduhan

Kaum Nabi Hud sering menuduh beliau memiliki motif tertentu dalam dakwahnya. Dengan pernyataan ini, Nabi Hud membersihkan diri dari segala tuduhan tidak benar.

3. Pendidikan Spiritual

Syeikh Sya'rawi melihat bahwa ayat ini mengajarkan umat tentang hakikat pengabdian. Setiap amal shaleh harus dilakukan semata-mata untuk Allah, bukan untuk pujian atau imbalan manusia.

Makna "In Ajriya Illa 'Alalladzi Fatharani"

Pemilik Hakiki Balasan

Syeikh Sya'rawi menjelaskan bahwa frasa "upahku hanyalah dari yang menciptakanku" menunjukkan pengakuan bahwa hanya Allah yang berhak memberi balasan. Manusia tidak memiliki kemampuan memberi imbalan yang sebenarnya untuk amal ibadah.

Penghambaan Sejati

Menurut Syeikh Sya'rawi, pengakuan ini mencerminkan penghambaan sejati. Seorang hamba hanya mengharap dari Tuhannya, tidak dari makhluk yang sama-sama lemah.

Kesadaran Penciptaan

Penyebutan "yang menciptakanku" mengingatkan akan hubungan fundamental antara Pencipta dan ciptaan. Allah yang menciptakan berhak untuk disembah dan diibadahi.

Makna "Afala Ta'qilun"

Seruan kepada Akal Sehat

Syeikh Sya'rawi menafsirkan kalimat "Tidakkah kamu mengerti?" sebagai seruan kepada akal sehat kaumnya. Beliau mengajak mereka menggunakan logika yang benar untuk memahami hakikat dakwahnya.

"Syeikh Sya'rawi mengibaratkan ayat ini sebagai kunci pembuka hati. Ketika materi disingkirkan dari tujuan dakwah, yang tersisa hanyalah kebenaran murni yang seharusnya bisa diterima akal sehat."

Pelajaran untuk Dai Modern

Menurut penafsiran Syeikh Sya'rawi, ayat ini mengandung pelajaran berharga bagi para dai dan penyeru kebaikan di zaman modern:

Kemurnian Niat

Dakwah harus dilakukan dengan niat yang tulus hanya untuk Allah, bukan untuk popularitas, jabatan, atau keuntungan materi.

Independensi Ekonomi

Seorang dai seharusnya tidak bergantung secara ekonomi pada objek dakwahnya agar tetap bisa menyampaikan kebenaran secara objektif.

Pendekatan Rasional

Dakwah harus mampu menyentuh akal sehat pendengar, bukan hanya emosi atau tradisi.

Kesabaran dan Keteguhan

Seperti Nabi Hud, dai modern harus sabar menghadapi tantangan dan tuduhan tanpa pamrih.

Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam Bermuamalah

Syeikh Sya'rawi menekankan bahwa spirit ayat ini harus diimplementasikan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam pekerjaan, bisnis, dan hubungan sosial.

Dalam Pendidikan

Pendidik sejati tidak hanya mengejar gaji, tetapi ikhlas mencerdaskan dan membangun karakter peserta didik.

Kesimpulan

Berdasarkan penafsiran Syeikh Sya'rawi, ayat "Yā Qawmi Lā As'alukum 'Alaihi Ajran" mengandung makna yang sangat dalam tentang hakikat dakwah dan pengabdian kepada Allah. Ayat ini mengajarkan keikhlasan, kemandirian, dan ketergantungan hanya kepada Allah dalam setiap amal shaleh. Pelajaran dari ayat ini tetap relevan sepanjang zaman, menjadi pedoman bagi siapa saja yang ingin menyeru kepada kebaikan dengan cara yang benar dan diridhai Allah SWT.

Syeikh Sya'rawi Tafsir Al-Quran Nabi Hud AS Surah Hud Dakwah Islam Keikhlasan

Ditulis oleh: Tim Penulis Blog Tafsir Al-Quran

Artikel ini disusun berdasarkan karya-karya Syeikh Mutawalli Sya'rawi, terutama dari tafsir beliau yang terkenal. Untuk mendalami lebih lanjut, disarankan merujuk langsung kepada kitab-kitab beliau.

© 2023 Blog Tafsir Al-Quran. Semua hak cipta dilindungi.

Dilarang menyalin atau memperbanyak konten tanpa izin tertulis.

No comments:

Post a Comment