Tafsir Syeikh Sya'rawi: Qul Lan Yushibana Illa Ma Kataballahu Lana
Dalam khazanah tafsir Al-Quran modern, Syeikh Mutawalli Sya'rawi (1911-1998) dikenal dengan pendekatan yang unik dan mudah dipahami. Salah satu penafsiran beliau yang sangat mengena adalah mengenai ayat tentang takdir Allah dalam Surah At-Taubah ayat 51.
Terjemahan:
"Katakanlah: 'Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.'" (QS. At-Taubah: 51)
Siapakah Syeikh Sya'rawi?
Syeikh Mutawalli Sya'rawi adalah seorang ulama Mesir yang sangat terkenal dengan program televisi "Tafsir Al-Quran" yang disiarkan di berbagai negara. Beliau memiliki metode penafsiran yang menggabungkan kedalaman ilmu dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat awam.
Konteks Turunnya Ayat
Menurut Syeikh Sya'rawi, ayat ini turun dalam konteks perang Tabuk ketika orang-orang munafik mencoba menakut-nakuti kaum muslimin dengan kekuatan musuh. Rasulullah SAW kemudian mengajarkan jawaban tegas yang menjadi prinsip dasar aqidah seorang muslim tentang takdir.
"Syeikh Sya'rawi menjelaskan bahwa ayat ini adalah senjata ampuh melawan rasa takut dan kekhawatiran berlebihan terhadap masa depan."
Penafsiran Syeikh Sya'rawi
Makna "Ma Kataballahu Lana"
Menurut Syeikh Sya'rawi, frasa "apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami" tidak hanya mencakup takdir buruk, tetapi juga takdir baik. Beliau menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan seorang muslim sudah tercatat dalam Lauh Mahfuzh.
1. Keyakinan yang Menghilangkan Rasa Takut
Syeikh Sya'rawi menjelaskan bahwa keyakinan terhadap takdir dapat menghilangkan rasa takut berlebihan. Seorang muslim yakin bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar ketetapan Allah, sehingga dia tidak perlu khawatir secara berlebihan.
2. Keseimbangan antara Takdir dan Usaha
Meskipun percaya pada takdir, Syeikh Sya'rawi menekankan bahwa seorang muslim tetap harus berusaha dan mengambil sebab. Keyakinan pada takdir bukan berarti pasif, tetapi justru memberikan ketenangan dalam berusaha.
3. Makna "Huwa Maulana" (Dialah Pelindung Kami)
Syeikh Sya'rawi menjelaskan bahwa setelah menyebutkan ketetapan Allah, ayat ini langsung diikuti dengan penyebutan bahwa Allah adalah Pelindung. Ini menunjukkan bahwa dalam setiap takdir yang Allah tetapkan, terdapat perlindungan dan kasih sayang-Nya.
4. Tawakal sebagai Implementasi
Ayat diakhiri dengan perintah bertawakal kepada Allah. Menurut Syeikh Sya'rawi, tawakal adalah buah dari keyakinan terhadap takdir. Seseorang yang yakin dengan takdir akan dengan mudah menyerahkan urusannya kepada Allah setelah berusaha.
"Syeikh Sya'rawi mengibaratkan takdir seperti resep dokter. Meskipun kita tahu obatnya pahit, kita yakin itu baik untuk kesembuhan kita. Begitu pula dengan takdir Allah, meskipun terasa pahit, kita yakin itu yang terbaik."
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Dalam pandangan Syeikh Sya'rawi, ayat ini sangat relevan dengan kehidupan modern yang penuh ketidakpastian dan kecemasan. Keyakinan terhadap takdir dapat menjadi penenang jiwa di tengah berbagai masalah kehidupan.
Pesan Syeikh Sya'rawi untuk Umat
Beliau sering menekankan bahwa memahami takdir dengan benar akan membuat seorang muslim lebih tenang, produktif, dan optimis. Bukan pasif menerima nasib, tetapi aktif berusaha dengan hati yang tenang karena yakin semua hasilnya sudah ditetapkan Allah.
Kesimpulan
Berdasarkan penafsiran Syeikh Sya'rawi, ayat "Qul lan yushibana illa ma kataballahu lana" mengandung makna yang sangat dalam tentang keyakinan terhadap takdir Allah. Keyakinan ini bukan membuat kita pasif, tetapi justru memberikan ketenangan dalam berusaha dan bertawakal kepada Allah. Dalam setiap takdir, baik yang kita sukai maupun tidak, terdapat hikmah dan perlindungan Allah yang harus kita yakini.

No comments:
Post a Comment