Pandangan Ahli Tafsir Al-Quran tentang Bidadari Surga
Dalam Al-Quran, Allah SWT menggambarkan surga dengan berbagai kenikmatan yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Salah satu gambaran yang sering disebutkan adalah keberadaan bidadari surga (hurul 'ain). Namun, bagaimana sebenarnya para ahli tafsir memahami makna dan hakikat bidadari ini?
Makna Bidadari dalam Al-Quran
Kata "bidadari" dalam bahasa Indonesia merujuk pada istilah Arab "hurul 'ain" yang secara harfiah berarti "bidadari bermata jeli". Istilah ini disebutkan dalam beberapa ayat Al-Quran, antara lain dalam Surah Ad-Dukhan ayat 54, Al-Waqi'ah ayat 22, dan At-Thur ayat 20.
Pandangan Para Mufassir Klasik
1. Imam Ibnu Katsir
Dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bidadari surga diciptakan Allah secara khusus dan bukan dari keturunan manusia. Beliau menekankan bahwa kenikmatan surga, termasuk keberadaan bidadari, adalah sesuatu yang hakiki namun tidak dapat dibayangkan secara sempurna dengan ukuran dunia.
2. Imam Al-Qurthubi
Imam Al-Qurthubi dalam "Al-Jami' li Ahkam Al-Quran" menjelaskan bahwa bidadari surga memiliki sifat-sifat kesempurnaan fisik yang tidak ada bandingannya di dunia. Menurutnya, gambaran tentang bidadari dalam Al-Quran bertujuan untuk memotivasi manusia menuju ketaatan.
3. Imam At-Tabari
Dalam tafsirnya "Jami' al-Bayan", Imam At-Tabari menafsirkan bidadari sebagai makhluk Allah yang sangat cantik, suci, dan senantiasa perawan. Beliau menekankan bahwa ini adalah salah satu bentuk balasan bagi orang-orang yang bertakwa.
Pandangan Mufassir Kontemporer
1. Buya Hamka
Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa gambaran bidadari dalam Al-Quran jangan hanya dipahami secara harfiah, tetapi juga mengandung makna spiritual. Beliau menekankan bahwa kenikmatan tertinggi di surga adalah ridha Allah, sedangkan bidadari dan kenikmatan lainnya adalah tambahan.
2. Quraish Shihab
Dalam tafsir Al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa bidadari adalah makhluk ciptaan Allah yang khusus untuk surga. Beliau menekankan bahwa Al-Quran menggunakan gambaran yang dapat dipahami manusia untuk menjelaskan kenikmatan surga yang sebenarnya jauh lebih agung dari yang dapat dibayangkan.
3. Wahbah Az-Zuhaili
Dalam tafsir Al-Munir, Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa bidadari surga adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan kesempurnaan fisik dan spiritual, berbeda dengan manusia dunia. Mereka diciptakan khusus untuk menyenangkan penghuni surga.
Poin Penting dalam Memahami Konsep Bidadari
- Bidadari adalah makhluk ciptaan Allah yang khusus untuk surga
- Gambaran tentang bidadari dalam Al-Quran adalah metafora untuk menjelaskan kenikmatan yang tidak dapat dibayangkan dengan ukuran dunia
- Kenikmatan tertinggi di surga adalah melihat wajah Allah dan mendapatkan ridha-Nya
- Penjelasan tentang bidadari bertujuan memotivasi manusia untuk beramal shaleh
Relevansi dengan Kehidupan Modern
Di era modern, pemahaman tentang bidadari sering disalahartikan atau direduksi menjadi sekadar imajinasi hedonis. Padahal, menurut para ahli tafsir, gambaran ini memiliki dimensi spiritual yang dalam. Bidadari melambangkan kesempurnaan kenikmatan yang disediakan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa, sekaligus mengingatkan bahwa kenikmatan dunia hanyalah sementara dan tidak ada bandingannya dengan kenikmatan akhirat.
Kesimpulan
Berdasarkan penafsiran para ulama, bidadari surga adalah makhluk ciptaan Allah yang khusus, dengan kesempurnaan fisik dan spiritual yang tidak dapat dibayangkan dengan ukuran dunia. Meskipun Al-Quran menggambarkannya dengan sifat-sifat fisik yang indah, para mufassir menekankan bahwa hakikat kenikmatan surga jauh melampaui gambaran tersebut. Pemahaman yang benar tentang bidadari seharusnya memotivasi kita untuk meningkatkan ketakwaan, bukan hanya berfokus pada kenikmatan fisik semata.

No comments:
Post a Comment