Skip to main content

Sifat Kemurahan Hati harus dimiliki oleh Seorang Mukmin

 

Sakha - Kedermawanan Mulia Menurut Imam Al-Ghazali

Sakha: Kedermawanan Mulia Menurut Imam Al-Ghazali

Mengungkap Makna Mendalam dari Sifat Pemurah dalam Pandangan Sang Hujjatul Islam

Berdasarkan Kitab Ihya Ulumuddin

Dalam khazanah akhlak Islam, sifat sakha (kedermawanan) menempati posisi yang sangat mulia. Imam Al-Ghazali, dalam magnum opus-nya Ihya Ulumuddin, mengupas tuntas hakikat sifat mulia ini beserta tingkatannya yang berbeda-beda.

Apa Itu Sakha?

Sakha secara bahasa berarti kemurahan hati atau kedermawanan. Namun, menurut Imam Al-Ghazali, sakha bukan sekadar memberi, tetapi memberi dengan jiwa yang lapang, tanpa merasa berat, dan dengan ketulusan hati.

"Sakha adalah keluasan hati dalam memberikan apa yang seharusnya diberikan, baik berupa harta, ilmu, kedudukan, atau hal lainnya, dengan jiwa yang lapang dan senang hati."

- Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin

Imam Al-Ghazali membedakan antara sakha (kedermawanan) dan jud (sifat dermawan biasa). Jud adalah memberikan sebagian dari kelebihan harta, sedangkan sakha lebih tinggi tingkatannya karena melibatkan ketulusan dan kelapangan jiwa.

Referensi Teks dari Kitab Ihya Ulumuddin:

"Sakha adalah cabang dari iman. Ia merupakan sifat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Orang yang bersifat sakha dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka." (Ihya Ulumuddin, Jilid 3, Bab tentang Sakha dan Dermawan)

Tingkatan-Tingkatan Sakha

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa sakha memiliki beberapa tingkatan, dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi:

1

Sakha Biasa

Memberikan harta yang dimiliki kepada orang yang membutuhkan, meskipun dalam jumlah sedikit, tetapi dilakukan dengan ikhlas dan senang hati.

2

Sakha Tinggi

Mendahulukan orang lain atas diri sendiri, meskipun sedang membutuhkan. Ini adalah tingkat kedermawanan yang sangat mulia.

3

Sakha Tertinggi

Memberikan sesuatu yang sangat berharga dan dicintai, dengan penuh kerelaan, tanpa mengharap balasan apapun kecuali ridha Allah.

Bentuk-Bentuk Sakha

Menurut Imam Al-Ghazali, sakha tidak terbatas pada pemberian materi saja, tetapi mencakup berbagai aspek:

1. Sakha dengan Harta

Ini adalah bentuk yang paling dikenal, yaitu memberikan harta kepada yang membutuhkan dengan jiwa yang lapang dan tanpa mengungkit-ungkit pemberian.

2. Sakha dengan Ilmu

Mengajarkan ilmu kepada orang lain dengan ikhlas, tanpa menyembunyikan pengetahuan, dan bersedia berbagi pemahaman dengan sabar.

3. Sakha dengan Kedudukan

Menggunakan posisi dan pengaruh untuk membantu orang lain, membela yang lemah, dan menegakkan keadilan.

4. Sakha dengan Tenaga dan Waktu

Memberikan bantuan fisik, meluangkan waktu untuk membantu sesama, dan berkorban untuk kemaslahatan orang lain.

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling banyak manfaatnya bagi sesama. Dan tidaklah seseorang bisa banyak memberikan manfaat kecuali dengan sifat sakha."

- Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin

Keutamaan dan Manfaat Sakha

Manfaat Sifat Sakha

Membersihkan hati dari sifat kikir dan cinta dunia
Mendekatkan diri kepada Allah SWT
Mendatangkan keberkahan dalam harta dan kehidupan
Meningkatkan solidaritas sosial dan persaudaraan
Mendapatkan cinta dan penghormatan dari sesama
Menyelamatkan dari siksa api neraka

Teks Asli dari Ihya Ulumuddin:

"Sakha adalah obat bagi penyakit kikir. Kikir adalah penyakit yang membinasakan, sedangkan sakha adalah keselamatan. Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka." (Ihya Ulumuddin, Jilid 3)

Cara Melatih Sifat Sakha

Imam Al-Ghazali memberikan beberapa nasihat untuk melatih sifat sakha:

1. Mulai dari yang Kecil

Biasakan memberi meskipun dalam jumlah kecil, asalkan konsisten dan ikhlas.

2. Sadari bahwa Harta adalah Amanah

Memahami bahwa harta pada hakikatnya adalah milik Allah dan kita hanya sebagai pemegang amanah.

3. Membaca Kisah-Kisah Kedermawanan

Mengambil teladan dari Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang saleh dalam hal kedermawanan.

4. Berdoa Memohon Diberi Sifat Pemurah

Memohon kepada Allah agar dianugerahi hati yang lapang dan sifat pemurah.

Kesimpulan

Sakha (kedermawanan) menurut Imam Al-Ghazali bukan sekadar memberi materi, tetapi merupakan sifat mulia yang mencakup kelapangan jiwa, ketulusan, dan kesediaan untuk berbagi dalam berbagai bentuk. Sifat ini memiliki tingkatan yang berbeda, dengan puncaknya adalah mendahulukan orang lain atas diri sendiri. Dengan mempraktikkan sakha, seorang muslim tidak hanya membersihkan jiwanya dari sifat kikir, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah dan membangun hubungan sosial yang harmonis. Semoga kita semua dapat meneladani sifat mulia ini dalam kehidupan sehari-hari.

© 2025 Blog Spiritual Islami | Artikel ini disusun berdasarkan pemikiran Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin

Comments

Popular posts from this blog

PERBEDAAN ANTARA PENILAIAN PROGRAM PENDIDIKAN, PROSES BELAJAR MENGAJAR, DAN HASIL BELAJAR.

Dalam penilaian Pendidikan, mencangkup tiga sasaran utama yakni penilaian program pendidikan, penilaian proses belajar mengajar   dan penilaian hasil-hasil belajar. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitikberatkan sasaran penilaian pada tingkat efektivitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan proses belajar mengajar.

Bacaan Sebelum Shalat Witir

ü     اوتروا ومجدوا وعظموا شهر الصيام رحمكم الله @ لا إله إلا الله ، وحده لا شريك له ، له الملك ، وله الحمد ، يحيي ويميت،  وهو على كل شيء قدير.... ü     اللهم صل على سيدنا محمد @ صلى الله عليه وسلم. ü     اللهم صل على سيدنا ونبينا وحبيبينا وشفيعنا وذخرنا ومولانا محمد @ صلى الله عليه وسلم.

Cerita Bagus dari Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujaini

Di baghdad ada seorang laki laki menikah dengan anak puteri pamannya sendiri. Dalam pernikahan itu ia berjanji tidak akan menikah lagi dengan wanita lain. Suatu hari ada seorang perempuan datang (belanja) ke tokonya. Ia meminta lelaki itu untuk menikahi dirinya. Lelaki itupun bercerita apaadanya, bahwa dia telah mengikat janji dengan  istrinya (anak pamannya)untuk tidak akan kawin lagi dengan wanita lain.