Skip to main content

Kritikan Tajam Imam Al Ghazali terhadap Filsafat

 

13 Kritikan Imam Al-Ghazali Terhadap Filsafat

13 Kritikan Imam Al-Ghazali Terhadap Filsafat

"Banyak filsuf yang tersesat karena mengandalkan akal semata, tanpa bimbingan wahyu."
— Imam Al-Ghazali

1. Kekekalan Alam

Al-Ghazali menolak pendapat filsuf bahwa alam bersifat kekal. Menurutnya, alam diciptakan Allah dari ketiadaan (creatio ex nihilo).

2. Pengetahuan Tuhan yang Terbatas

Filsuf beranggapan Tuhan hanya mengetahui hal universal. Al-Ghazali menegaskan Tuhan mengetahui segala detail, termasuk partikular.

3. Penolakan Kebangkitan Jasmani

Filsuf menganggap kebangkitan hanya bersifat spiritual. Al-Ghazali menekankan kebangkitan fisik sesuai ajaran Islam.

4. Hukum Kausalitas

Kritik terhadap konsep sebab-akibat yang dianggap alami. Menurut Al-Ghazali, semua terjadi karena kehendak langsung Tuhan.

5. Penolakan Sifat Tuhan

Filsuf cenderung menafikan sifat Tuhan. Al-Ghazali mempertahankan sifat-sifat Allah seperti Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.

6. Kekekalan Jiwa

Filsuf meyakini jiwa bersifat abadi secara mandiri. Al-Ghazali menyatakan jiwa diciptakan dan bergantung pada Tuhan.

7. Penolakan Keniscayaan Kenabian

Filsuf meragukan kebutuhan manusia pada nabi. Al-Ghazali menegaskan kenabian adalah keharusan untuk membimbing umat.

8. Penyangkalan Mukjizat

Filsuf menganggap mukjizat mustahil karena melawan hukum alam. Al-Ghazali menyatakan Tuhan berkuasa mengubah hukum tersebut.

9. Kesalahpahaman tentang Akhirat

Konsep kebahagiaan akhirat versi filsuf dianggap abstrak. Al-Ghazali mengutamakan deskripsi Al-Qur'an tentang surga dan neraka.

10. Ketergantungan Berlebihan pada Logika

Filsuf mengabaikan batas akal manusia. Al-Ghazali menekankan perlunya integrasi akal, hati, dan wahyu.

11. Tafsir Metaforis yang Ekstrem

Filsuf menafsirkan ayat Al-Qur'an secara metaforis hingga mengabaikan makna literal. Al-Ghazali menentang hal ini.

12. Merusak Aqidah Umat

Pemikiran filsuf dianggap membahayakan keyakinan awam. Al-Ghazali menyerukan perlindungan aqidah umat.

13. Menyebabkan Kekacauan Sosial

Filsafat yang skeptis dapat meruntuhkan tatanan masyarakat. Al-Ghazali memprioritaskan keharmonisan sosial.

Comments

Popular posts from this blog

PERBEDAAN ANTARA PENILAIAN PROGRAM PENDIDIKAN, PROSES BELAJAR MENGAJAR, DAN HASIL BELAJAR.

Dalam penilaian Pendidikan, mencangkup tiga sasaran utama yakni penilaian program pendidikan, penilaian proses belajar mengajar   dan penilaian hasil-hasil belajar. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitikberatkan sasaran penilaian pada tingkat efektivitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan proses belajar mengajar.

Bacaan Sebelum Shalat Witir

ü     اوتروا ومجدوا وعظموا شهر الصيام رحمكم الله @ لا إله إلا الله ، وحده لا شريك له ، له الملك ، وله الحمد ، يحيي ويميت،  وهو على كل شيء قدير.... ü     اللهم صل على سيدنا محمد @ صلى الله عليه وسلم. ü     اللهم صل على سيدنا ونبينا وحبيبينا وشفيعنا وذخرنا ومولانا محمد @ صلى الله عليه وسلم.

Cerita Bagus dari Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujaini

Di baghdad ada seorang laki laki menikah dengan anak puteri pamannya sendiri. Dalam pernikahan itu ia berjanji tidak akan menikah lagi dengan wanita lain. Suatu hari ada seorang perempuan datang (belanja) ke tokonya. Ia meminta lelaki itu untuk menikahi dirinya. Lelaki itupun bercerita apaadanya, bahwa dia telah mengikat janji dengan  istrinya (anak pamannya)untuk tidak akan kawin lagi dengan wanita lain.